Jumat, 29 Juni 2012

Sebuah Cerita Perkereta-Apian di Cianjur


Perjalanan sejauh 58km dari Ciroyom menuju Cianjur ditempuh selama kurang lebih 2 jam oleh KA Cianjuran atau yang biasa disebut Argo Peuyeum. Seperti apakah kereta itu?


KA Cianjuran tujuan Padalarang
Meskipun hanya membawa 2 gerbong kelas Ekonomi, KA Cianjuran tetap setia beroperasi di lintas Cianjur-Ciroyom. Lintasan yang dilewati pun merupakan salah satu lintasan kereta api tertua di Indonesia. Pada tahun 1881 lintas Bogor hingga Bandung melewati Sukabumi dan Cianjur mulai dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda melalui perusahaan Staats Spoorwagen untuk menghubungkan dua kota terbesar di Indonesia yaitu Batavia[Jakarta] dengan Surabaya. Sampai saat ini anda masih bisa melihat peninggalan-peninggalan perkereta apian zaman Belanda dari bangunan halte/stasiun yang kuno dan terkesan tidak terawat. Lalu anda juga dapat melihat sistem persinyalan jenis Alkmar meskipun sudah tidak digunakan lagi.
Sebelum menggunakan lokomotif diesel, KA Cianjuran sering menggunakan lokomotif uap seri D11 yang dialokasikan di Dipo lokomotif Cianjur. Setiap harinya lokomotif D11 menarik 2 gerbong kayu berjenis CR beroperasi di lintas Sukabumi-Bandung. Namun dengan alasan modernisasi dan kehandalan lokomotif yang menurun, sekitar tahun 1974 lokomotif D11 yang setia beroperasi menarik KA Cianjuran harus dinon-aktifkan, begitu pula dengan kedua gerbong CRnya.
Setelah lokomotif uap D11 dinon-aktifkan, lokomotif diesel pun digunakan untuk menarik KA Cianjuran ini. Lokomotif diesel yang pertama kali dipegunakan untuk menarik KA Cianjuran adalah lokomotif Hidroulik seri BB301. Jenis gerbong pun ikut diganti, jika sebelumnya menggunakan gerbong kayu berjenis CR, diganti menjadi gerbong kelas Ekonomi[K3]. Jumlah rangkaian yang beroperasi ikut ditambah menjadi 2 rangkaian. Setiap harinya kedua rangkaian KA Cianjuran ini diberangkatkan dari stasiun Cianjur pukul 5 pagi. Satu rangkaian diberangkatkan menuju Bandung, dan satu rangkaian lagi menuju Sukabumi. Kedua rangkaian KA Cianjuran ini sesuai Gapeka yang berlaku saat itu rutin melakukan persilangan di stasiun Ciranjang, sebelum akhirnya dipindahkan ke stasiun Cibeber.
Ketika Dipo Lokomotif Bandung mendapatkan alokasi lokomotif BB304, KA Cianjuran sering kali menggunakan lokomotif BB304 sebagai lokomotif penariknya. Bahkan saat menggunakan lokomotif BB304, jumlah gerbong KA Cianjuran pernah ditambah menjadi 3 gerbong. Namun ini tidak berlangsung lama karena alasan teknis dan trek yang terjal, jumlah gerbong pun dikembalikan seperti semula yaitu 2 gerbong. Beberapa lokomotif lain yang tercatat pernah dioperasikan untuk menarik KA Cianjuran adalah lokomotif BB300 dan BB303. Kedua lokomotif tersebut dipergunakan jika lokomotif BB301 mengalami gangguan atau sedang TSO[Tidak Siap Operasi].
KRD juga tercatat pernah dioperasikan menjadi KA Cianjuran. Jumlah gerbong yang dipakai bisa sampai 4 gerbong KRD setiap rangkaiannya. Tidak lama setelah dipergunakannya KRD sebagai KA Cianjuran, rangkaian KRD ini mengalami PLH di daerah Cibeber. Seluruh rangkaian KRD anjlog dan terperosok ke sawah. Walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, namun kejadian ini menghentikan operasional KRD sebagai KA Cianjuran.
Akhir dekade tahun 90an, karena kondisi trek yang menurun, okupansi yang rendah, dan kekurangan armada lokomotif menyebabkan operasional KA Cianjuran dikurangi menjadi satu rangkaian saja. Dan sekitar tahun 2000, mulut terowongan Lampegan sebelah Timur yang terletak persis didekat stasiun Lampegan mengalami longsor. Ini praktis menghentikan operasional KA Cianjuran hingga stasiun Sukabumi. Ini menyebabkan KA Cianjuran hanya beroperasi hingga stasiun Lampegan saja. Ditambah pada awal tahun 2008, jembatan Cikasur yang terletak di KM77 antara halte Sindang Resmi dan stasiun Lampegan mengalami longsor. Hingga akhirnya operasional KA Cianjuran hanya sampai stasiun Cianjur saja.  
Pelayanan KA Cianjuran secara keseluruhan memang masih jauh dari kata sempurna. Kondisi trek dilintas Cianjur-Padalarang yang kurang baik menyebabkan goncangan diatas kereta sangat terasa. Penggantian interior gerbong dari susunan kursi berhadap-hadapan menjadi menempel ke jendela pun dikeluhkan oleh beberapa pengguna setia KA Cianjuran ini. “tempat duduknya jadi sedikit. Apalagi kalau berdiri kita susah pegangan,” ujah salah seorang pengguna KA Cianjuran.
Namun kekurangan-kekurangan tersebut tak akan terasa lagi jika kita menikmati pemandangan daerah sekitar rel dalam perjalanan satu-satunya rangakaian ular besi dilintas Cianjur-Ciroyom ini. Pemandangan yang umumnya masih asri membawa kita hanyut untuk menikmati pemandangan alam sekitar. Terutama saat kereta melintas di antara stasiun Cipatat hingga Padalarang. Trek yang menanjak terjal dan dikelilingi bukit-bukit tinggi menyebabkan mata kita enggan berpaling dari kaca jendela. Setiap harinya KA Cianjuran berangkat dari stasiun Cianjur pukul 05.00 dan 13.00 lalu berangkat dari stasiun Ciroyom pukul 08.10 dan 16.45.
Kabar baik berhembus menghampiri KA Cianjuran di awal tahun 2012 ini. Operasional KA Cianjuran yang hanya sampai stasiun Cianjur akan diperpanjang kembali hingga stasiun Sukabumi. Perbaikan lintasan KA di lintas Sukabumi-Lampegan terlihat sudah 100% rampung. Terowongan Lampegan pun sudah siap dilalui kembali oleh rangkaian kereta api. Namun ini masih menunggu lintasan KA di lintas Lampegan-Cianjur selesai diperbaiki. Terutama jembatan Cikasur yang saat ini telah dalam proses finishing. Dikabarkan pula dengan bertambahnya alokasi lokomotif BB301 di dipo lokomotif Bandung, jumlah rangkaian KA Cianjuran yang beroperasi akan ditambah kembali menjadi 2 rangkaian. Jadwal perjalanan pun akan ditambah menjadi 3 kali perjalan pulang pergi. Dengan ini dihapkan mulai tahun ini jalur Bogor-Bandung dapat tersambung kembali dengan kereta api.

3 komentar:

  1. izin dimuat di rifaldirailfans.blogspot.com ..

    BalasHapus
  2. Lok Uap D14xx (bukan D11) seringkali membawa gerbong barang maupun penumpang (CR) tetapi hanya rute Cianjur - Sukabumi. Tahun 70an Lok BB301 dengan 2 rangkaian mendominasi Jalur Bandung-Sukabumi (bd-Si) yang hanya 2 K3 (pernah Bandung - Sukabumi 3 K3). KRD (Suryakencana Ekspres)yg diresmikan oleh Menhub Rusmin Nuryadin Jurusan Jakarta - Cianjur dengan 6 KRD3 namun pernah terjun ke sawah (Cibeber) dan menewaskan penumpangnya 1 orang anak. Seringkali dari arah Cianjur menuju Sukabumi (memasuki st. Lampegan) tidak kuat naik dan pernah sebagian penumpang diminta turun dulu (termasuk saya) sekitar tahun 1981-1984. Akhirnya kembali Si-Cj menggunakan Lok BB301. Stasiun Sukabumi ketika itu sangat ramai dengan 8 jalur. Berbagai jenis Lok baik Diesel (BB301, BB300, C & D 301 bahkan juga CC200 dan BB200) maupun Uap (D14xx dan CC11) berseliweran di Area tsb. membawa Minyak (pertamina), ternak, Garam, sagu, dlsb. belum lagi KA yang masuk ke PT. Barata membawa barang-barang besi.
    Sekarang Stasiun Sukabumi Sepi yang hanya di singgahi KRD Bumi Geulis 1 kali sehari ke arah Bogor, Sementara bangunan yang dulu luas kini digunakan untuk Mall dan pertokoan. Namun sejarah telah mengukir bahwa di stasiun sukabumi dulu pernah menjadi pusat angkutan ke seluruh penjuru kota dan daerah.

    BalasHapus
  3. pengalaman saya waktu kecil kira kira tahun 1979 atu 1980 saya lupa lagi waktu itu baru kelas 1 SD pertama naik kereta api ke cianjur dengan jumlah 3 gerbong namun pada saat masuk tanjakan tagog apu ada kejadian kereta ga kuat beberapa kali maju mundur dan terjadi kerusakan apalah saya juga masih kecil ga ngerti sehingga akhirnya kereta ga dilanjutkan ke cianjur malah balik ke stasiun padalarang dan akhirnya naik bis ke cianjur..

    BalasHapus